Compare properties

Compare

No properties found to compare.

s

New Door Fiji

Ajarkan Diri dan Keluarga untuk Menahan Diri

BEBERAPA bulan lalu ramai dibahas di media sosial berita mengenai bantuan sosial yang dinikmati wave pool and grill oleh orang yang mampu sehingga tidak tepat sasaran.

Dari namanya saja sudah jelas, tentu ditujukan bagi mereka yang sangat memerlukannya. Jika masyarakat yang berkecukupan, atau tidak dalam kategori miskin, ikut menerima sudah dapat dipastikan bantuan menjadi salah sasaran.

Mereka yang tidak masuk kategori penerima bansos—tapi tetap menerima—berdalih bahwa hal ini sudah biasa diterima dari ketua RT yang datang ke rumah, dan mereka juga beralasan berhak menerima karena sudah menjadi kewajiban pemerintah kepada warga negaranya.

Pandangan seperti itu, jelas, pembenaran yang berbahaya.

Mereka yang tidak berhak menerima seperti tanpa ada rasa bersalah telah mengambil hak orang lain. Akibatnya, banyak orang yang benar-benar membutuhkan, bahkan mungkin hidupnya sehari-hari bergantung kepada bansos, terenggut haknya dengan paksa.

Bantuan bagi rakyat miskin juga ada dalam bentuk subsidi gas berupa tabung gas elpiji ukuran tiga kilogram atau “gas melon”.

Sempat viral di medsos, seorang artis terlihat memasak menggunakan tabung gas melon yang ditutupi karton. Konten tersebut langsung dibanjiri hujatan warganet.

Alasan sang artis karena “dipinjamkan oleh agen penjual gas elpiji karena tabung gas 12 kg sedang kosong.” Jika memang alasan tersebut sesuai kenyataan, pun tidak dapat dibenarkan. Ini namanya rasionalisasi atau pembenaran diri. Terlebih, perbuatan tersebut juga mengambil stok yang harusnya diperuntukkan warga miskin.

Maka, untuk mendapatkan bantuan, tak sedikit beberapa tahun belakangan, sebagian masyarakat justru “ingin dikategorikan sebagai penduduk miskin”. Ini fenomena yang sangat disesalkan.

Sebagian mereka yang tidak masuk kategori miskin, secara sadar berbondong-bondong mendaftarkan diri sebagai penduduk miskin. Caranya? Membayar atau memberi uang suap kepada petugas yang memiliki kewenangan untuk mencatat dan menentukan predikat miskin—demi bansos. Ironis!

Fenomena itu menggambarkan hilangnya integritas di sebagian masyarakat. Juga, bentuk kurangnya kesadaran dan kepedulian sehingga menghalalkan segala cara agar dapat bantuan meski merampas hak orang lain.